Sudah lebih dari 3 tahun perkawinan dan tidak kunjung mendapatkan keturunan, sempat membuat saya dan suami merasa cemas. Saya kira mendapatkan seorang anak itu mudah, semudah mengatakan 123. Karena saya dibesarkan di keluarga dengan jumlah anak yang tidak sedikit, 4 orang, selain itu banyaknya kasus kehamilan yang tidak diinginkan juga banyak terjadi..maka saya berpikir bahwa ini hal yang mudah. Tahun pertama pernikahan memang kita berkomitmen untuk menunda mempunyai anak mengingat kami berdua terpisah jarak Jakarta-Tarakan, dan saya di Jakarta juga masih berusaha beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan baru saya.
Tahun berikutnya keinginan untuk memiliki keturunan itu semakin kuat, dan kami pun mempersiapkan diri, skenario apabila saya harus hamil saat berjauhan dengan suami, dan lain sebagainya. Namun memang hal ini tidak semudah yang saya pikirkan, hingga lebih dari tahun ketiga pernikahan, jabang bayi tak kunjung mampir di rahim saya. Saya tidak berpikir macam-macam, memang belum waktunya saja sepertinya.
Di bulan September 2011 saat suami saya sudah ditugaskan di Jakarta, akhirnya saya untuk pertama kalinya konsultasi ke dokter kandungan. Melalui USG transvaginal barulah diketahui ternyata ada kista di dua ovarium saya, dengan ukuran yang tidak kecil, 4 dan 5 cm. Tentu saja saya shock, pertemuan dengan dokter yang saya harapkan berujung manis ternyata ditutup dengan kabar yang mengejutkan itu. Tentu saya berpikir saya sehat! saya memang mengalami nyeri yang berlebih ketika datang bulan, tapi saya anggap wajar, karena saya ingat menurut guru biologi saya di sekolah hal itu wajar, karena merupakan proses peluruhan dinding rahim, lagipula seluruh keluarga saya pun mengalami nyeri yang sama dan mereka baik-baik saja.
Sejak saat itu mulai drama sebenarnya terjadi, pikiran saya mulai liar..bagaimana kalau ini..bagaimana kalu itu..bagaimana kalau saya memang benar-benar tidak bisa punya anak. Stress. setelah beberapa kali konsultasi ke dokter kandungan, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan laparoscopic surgery, atau operasi dengan sayatan yang sangat minim, untuk mengeluarkan kista tersebut. Operasi dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2011 di Omni Medical Center Pulomas oleh dr. Caroline Tirtajasa, SPOG (K). Mengapa di Omni? Pertama biaya operasi ini tidak murah, dan disini menerima Askes. Kedua dari beberapa dokter kandungan yang saya temui, dr. Caroline yang paling informatif, saya sebenarnya disarankan ke dokter lain yang cukup terkenal, namun dokter tersebut hanya praktik di RS mahal yang tidak menerima Askes, jadi sudah dicoret saja dari daftar. Ketiga, rumah sakitnya cukup bagus, pelayanan rapi dengan petugas kesehatan yang perhatian dan ramah. Sejauh ini saya puas.
Bagaimana operasi dilakukan, ah..saya tidak ingat. Tidak tahu malah. Seingat saya, ruangan operasi itu sangat dingin, saya minta diberikan selimut. Kemudian dokter anestesi yang ganteng dan baik hati menyuntik saya dengan obat bius, menidurkan saya selama berjam-jam. Tidak butuh waktu lama, hari berikutnya saya sudah pulang ke rumah, 2 hari berikutnya lagi saya sudah ngantor dengan perut yang masih perih walau status saya masih cuti, karena tidak ada orang yang menggantikan pekerjaan saya. Sedih.
Setelah operasi, saya belum total terbebas dari kista, karena kista itu adalah estrogen dependent disease, tergantung adanya hormon estrogen yang artinya masih akan muncul jika usia saya masih produktif, maka saya di-menopause-kan sementara dengan menggunakan obat yang disuntikkan ke perut saya tiap 4 minggu selama 3 bulan untuk membunuh sel-sel kista di perut yang tak kasat mata.
Bulan ke empat (April) seharusnya tamu kehormatan saya itu datang, entah mengapa dia sepertinya enggan. Saya sms dr. Caroline, Alhamdulillah smsnya menenangkan..ini masih wajar, jika dalam 3 bulan lagi saya tidak kunjung haid maka baru berkonsultasi lagi dengannya. Di awal bulan Mei saya galau segalau-galaunya. Bosan akut. suatu malam saya menangis tanpa sebab dan bilang ke suami saya mau liburan, ayo kita ke Trans Studio Bandung! besok kita berangkat! keinginan saya yang menggebu-gebu dan tidak bisa lagi ditawar. Malam itu saya dan suami sibuk menelepon hotel di Bandung dan semua sudah fully booked. Akhirnya nemu juga hotel meski agak jauh.
Kenapa Trans Studio? karena saya pingin menantang adrenalin saya dengan menaiki permainan yang ekstrim yang sebelumnya tidak mungkin saya lakukan. Penakut. Keesokan harinya, Jumat, entah mengapa ada keinginan mencoba mengunakan testpack yang sudah ada di tas kerja saya selama berbulan-bulan. Dan untuk pertama kalinya setelah lusinan testpack yang saya gunakan, garisnya dua!!! Di dlm toilet kantor saya senyum-senyum antara percaya dan tidak, tapi itu nyata!!! segera saya kirim fotonya via BBM ke suami. tentunya dia merasa sangat surprised. Senang, haru..campur menjadi satu. Saya baru memperlihatkan ke suami saat kita makan soto di stasiun gambir sebelum berangkat ke Bandung. Dia senyum-senyum sambil memegang tangan saya.
Apakabar wahana ekstrim?? wah tentunya sudah ga berani naik lah ya.. janin yang sudah ditunggu-tunggu ini tentunya akan saya jaga dengan ekstra hati-hati. Allah memang tidak tidur, Dia memang tidak seketika mengabulkan permintaan kita. Tapi saat Dia memberikannya, pasti di itulah yang terbaik di waktu yang tepat. Alhamdulillaah, terima kasih telah mempercayai kami menjadi calon orang tua bagi anak ini. Semoga kami tidak mengecewakan-Mu, Ya Allah.
Saat ini umurnya sudah 14 minggu lebih. Insyaallah dalam keadaan sehat. Perasaan waktu melihatnya bergerak lewat layar USG itu sungguh mengharukan..Seandainya mesin USG itu semurah hairdryer dan gampang mengoperasikannya, mungkin sudah saya beli biar saya bisa melihatnya setiap hari. Dada saya berdetaknya kencang sekali saat menulis ini, mata saya berkaca-kaca. Tidak percaya ada calon manusia yang sedang berkembang di rahim saya. Saya ibunya.
Tentunya perjalanannya masih panjang, dia baru saja melewati trimester pertamanya. Mudah-mudahan selalu sehat, sempurna lahir batin. Dan kami berdua bisa menjadi Ayah-Ibu yang terbaik untuknya. Amien. Doakan ya. Mu'jizat memang hanya untuk para Nabi, tapi keajaiban-keajaiban itu ternyata bisa didapatkan oleh siapa saja. Keajaiban itu memang ada. Alhamdulillah.
ihik ihik.. terharuuu.. :* :* btw, ituuu, tanggal operasinya salah 2012.. hihi.. :D
BalasHapusHahaha...iya iya belum kejadian dong ya...makasiong koreksinyah
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussita...huhuhu,, mataku berkaca2... selamat yaaah,,,
BalasHapussemoga proses melahirkannya lancar,, hug!
Halo mba, saya boleh tanya? Waktu operasi laparoscopic dulu sekitar brp? Skrg di omni tidak menerima askes lagi :(
BalasHapusHai mbak.. salam kenal. Dulu di Omni saya ambil kelas 2 sekitar 30 juta. trus karena pakai Askes, abisnya sekitar 19 juta (belum obat-obatan dan biaya konsultasi rawat jalan ya).
HapusTapi setelah operasi ada teman juga yg punya kasus sama dan laparoskopi di RSPAD, Gratis!. Dicoba konsul kesana mbak, administrasi agak ribet tapi worth buat 30 juta. Semoga ada jalan yang lebih baik ya..
Best 7 Casinos in Las Vegas in 2021 - Mapyro
BalasHapusCheck out the Best Casinos in Las Vegas in 2021 천안 출장마사지 and 제주도 출장안마 see the area's attractions and 화성 출장안마 other popular slot machines, as well as 의정부 출장마사지 other popular casino 군포 출장마사지