Selasa, 17 Januari 2012

Dont You See, Honey

Pengen memuat tulisan ini disini :
------------------------------------------------------------------------------------------

Dont you see, honey...
Enam tahun lalu kamu berikan kepercayaan itu. Untuk tetap bertahan pada komitmen meskipun tahu kita akan jauh. Kamu wanita bernilai tinggi, pasti bukan hanya aku yang menginginkanmu. Tapi kamu bersedia mengorbankan waktu, keinginan, dan harapan untuk menunggu. Iya, menunggu aku.

Dont you see, honey...
Tiga tahun pacaran kau berikan segala usahamu demi menjaga cerita kita. Sungguh tak pernah aku kehilangan kepercayaan padamu. Kamu tetap bersemangat, kuat, ceria, optimis, meskipun hari-hari penuh rindu. Rindu yang makin lama makin tebal, berat, dan menyiksa. Pernah sekali terjatuh, tapi itu romantika kehidupan dan duri perjalanan. Toh itu akhirnya mendewasakan.

Dont you see, honey...
Pernikahan yang dari awal memang jadi tujuan akhirnya terjadi. Pernikahan yang entah kenapa sangat dimudahkan oleh Tuhan, meskipun ada saja kendala kecil di sana-sini. Perjuangan berat menjaga komitmen akhirnya sampai di muara. Aku ingin semua bangga, seperti banggaku memiliki kamu. Menjadi laki-laki yang kamu pilih, bukan laki-laki satu-satunya yang terpaksa menjadi pilihanmu. Aku harus bisa mengucapkan kalimat sakral itu sekali saja. Aku berlatih keras untuk itu. Berulang-ulang. Dan alhamdulillah, itu terjadi. Dan akhirnya, secara hukum agama dan negara, aku memilikimu. Kamu memilikiku. Kita memiliki kita.

Dont you see, honey...
Menikahimu bukan akhir, itu awal. Awal sebuah perjalanan sesungguhnya, yang pasti akan panjang, dan melelahkan. Tapi tahukah kamu, aku tak pernah kuatir. Karena aku akan melaluinya bersamamu. Partner paling sempurna yang diutus Tuhan untuk bersamaku. Mungkin untuk selamanya. Semoga untuk selamanya. Inginku untuk selamanya.

Dont you see, honey...
Proses peleburan karakter kita ternyata memang tidak mudah. Persis seperti yang orangtua kita katakan. Seringkali aku tidak habis pikir, kenapa suami istri begitu sengitnya bertengkar. Aku bingung tentang kamu, seperti yang aku yakin kamu bingung tentang aku. Dan aku terjatuh. Maafkan aku. Aku sangat menyesal. Tapi sungguh, aku tak pernah menginginkannya. Dan tak akan lagi mengulanginya. Karena itu juga sangat menyakiti aku.

Dont you see, honey...
Time goes by, aku makin merasakan kamu makin mencintaiku setiap harinya. Betapa aku merasa selalu semakin beruntung dari hari ke hari. Kita masih jauh. Kamu tetap cinta. Tetap sayang. Makin cinta. Makin sayang. Sering aku kuatir, aku tidak cukup membalas cinta besarmu itu. Aku belajar darimu. Selalu.

Dont you see, honey...
Justru di saat penuh syukur, Tuhan menunjukkan sayangnya pada kita. Kita diijinkan bersatu, dengan kondisi yang jauh lebih baik. Betapa hijrah kali ini membuatku tertegun. Aku tak tahu harus merasa apa. Just too good to be true. But it is true. Aku sangat bahagia, sayang. Sampai lupa bagaimana cara meluapkan rasa bahagia. Usaha kita selama ini, meskipun tidak tahu persis kondisi di masa depan, dihadiahi Tuhan dengan sebuah parsel penuh permen-permen kebahagiaan. Kita bebas menikmatinya. Bahkan bebas membaginya dengan orang-orang yang kita sayangi.

Dont you see, honey...
Kota ini ternyata sangat kucintai. Enam tahun penuh romantika membuatku sedih ketika harus meninggalkannya. Teman-teman di kala sedih dan senang, Band pengisi hari di kala luang, Basket bersama orang-orang baru, Kota statis yang kadang membosankan, Makanan mahal yang tetap terpaksa dibeli, dan kantor yang sangat bersejarah. Sungguh malam itu aku tak kuasa membendung airmata.

Dont you see, honey...
Tapi sayang, kebahagiaan ini memang luar biasa. Toh perpisahan ini tidak abadi. Mereka tetap selalu di hati. Tuhan pasti mengijinkan kami bertemu lagi. Kami bertemu dengan cara yang baik, bergaul dengan cara yang baik, dan akan berpisah dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya tempatku memang bersamamu. Separuh agamaku. Separuh diriku. Seluruh jiwaku.

Dont you see, honey...
Tuhan mencintai kita. Selalu mencintai kita. Sangat mencintai kita.

Dont you see, honey...
Di tengah romantika terakhir di Tarakan yang indah ini, aku sangat ingin segera bersamamu. Tunggu aku, sayang...

Dont you see, honey...
Airmata jatuh lagi saat ini...

Dont you see, honey...
Aku mencintaimu. Selalu.

(originally posted here )

3 komentar: